NYEPI

profilekomunikasipaketkontak
paket tour 2 malam paket tour 3 malam paket tour 4 malam
Paket Tour Murah

Nyepi dalam pengertian sekarang ini adalah sebuah tradisi yang dikaitkan dengan keagamaan, walaupun waktu pelaksanaannya berdasarkan kalender Caka yaitu 365 hari sekali. Dari arti katanya, nyepi berarti berbuat kesepian - keheningan - ketenangan, dalam arti sepi dari kegiatan, sepi dari suara, sepi dari api dan sepi dari berbagai aktivitas. Masyarakat Bali sudah melaksanakan penyepian ini sampai sekarang sudah lebih dari 50 tahun yaitu sejak kemerdekaan, namun sejak kemerdekaan kegiatan ini dilakukan bersamaan demgan tahun baru Caka, sehingga sering lebih dikenal dengan perayaan tahun baru yaitu satu-satunya hari libur penganut Hindu yang diakui oleh negara. Sedangkan masih banyak kegiatan tradisi yang sarat makna sejarah, seni, pertanian, dan keagamaan dilaksanakan di daerah tanpa pengaturan pusat. Hal ini tentu menyulitkan jika tidak diberikan otonomi administrasi kepada Bali, agar pelaksanaannya bisa dipertangungjawabkan secara baik.

Nyepi Padi

Sudah berabad-abad Petani padi di Bali melakukan aktivitas nyepi dalam kaitan dengan penanaman padi. Di masa lampau ketika padi sudah menguning ada tradisi untuk tidak melakukan kegiatan yang disebut dengan amati geni ( tanpa api ), amati lelungan ( tidak bepergian ), amati karya ( tidak bekerja ). Kegiatan ini merupakan rangkaian dari ritual sejak penanaman padi sampai panen yaitu upakara Neduh - Nyepi - Nelamping yang berlangsung setiap musim. Masing-masing desa atau wilayah di Bali ada perbedaan istilah dan pelaksanaan. Demikian terikatnya masyarakat Bali dengan tanaman padi ini sehingga banyak kegiatan baik nyata maupun ritual yang dilaksanakan sebagai rasa terima kasih kepada Tuhan yang telah mengkaruniai tanaman pokok kehidupan ini. Bahkan karena rasa hormat ini di beberapa tempat padi disebut sebagai Dewi Sri. Sayangnya masyarakat Bali yang sudah tersusun dalam sebuah kerajaan sejak 992 AD belum ada perhatian raja untuk mencatat kegiatan ini dalam sebuah dokumen kerajaan. Dan nyepi yang sekarang dilaksanakan di Bali sekarang ini sngat besar kemungkinannya adalah lanjutan dari Nyepi Padi di atas.

Tahapan Nyepi

Dalam pelaksanaan kegiatan Nyepi ini ada dua hal yang penting bagi masyarakat Bali, yaitu sehari sebelum Neypi yang disebut dengan hari Ngerupuk atau pengerupukan yang diisi dengan kegiatan ritual keagamaan. Hari ke-2 pelaksanaan Nyepi satu hari penuh, dan hari ke-3 Manis penyepian yang tidak diisi dengan kegiatan khusus, akan tetapi sekarang ini masyarakat Bali kembali langsung bekerja seperti biasanya.

H-1 Kegiatan Ngerupuk

Kegiatan yang bisa dilihat waktu ngerupuk ini adalah persembahyangan bersama di pusat kota atau kabupaten, kemudian sebagai tanda bahwa kegiatan sudah dimulai, air suci yang diambil dari kegiatan upakara di kota atau kabupaten dibagikan ke seluruh desa adat di Bali untuk dipakai sebagai air suci upakara pada masing-masing desa adat. Upakara atau ritual yang dilakukan malam harinya mendapatkan pengaruh Buda Tantra disebut dengan mecaru. Hal ini diartikan sebagai kegiatan simbolis agar manusia terhindar dari gangguan-gangguan psikis. Mungkin berasal kari kata krupuk yang artinya ribut. Ribut karena ada kegiatan yang memang menimbulkan kegaduhan, misalnya memukul kentongan, membuat ledakan - ledakan, dan di masa lampau sebelum ada penyosohan padi memukul lesung penumbuk padi. Namun sekarang ledakan-ledakan menggunakan apapun sudah dilarang. Pemahaman orang-orang tua mengenai aktivitas ini adalah sebagai sarana untuk menjauhkan roh jahat agar tidak mengganggu manusia besoknya karena akan diadakan penyepian. Namun secara rasional kegiatan ini menandakan kepada semua orang bahwa besoknya adalah hari yang sepi dari segalanya dan agar bisa membandingkan apa beda antara kondisi penuh dengan keributan, stress waktu dan volume pekerjaan dengan kondisi yang hening tanpa gangguan apapun.

Ogoh-Ogoh Waktu Pengerupukan
Mulai sekitar tahun 1960an ada suatu kreasi pembuatan ogoh-ogoh yang diarak keliling desa setelah upakara mecaru tersebut. Ogoh-ogoh tersebut dianggap sebagai lambang dari roh jahat yang akan dipralina atau dibakar agar tidak mengganggu manusia. Tidak ada garisan dari otoritas keagamaan mengenai persyaratan fisik ogoh-ogoh sehingga terjadi berbagai variasi, bentuk, dan tokoh mitos yang diambil. Sama kejadiannya seperti pembuatan penjor, banten dan sebagainya dalam kegiatan keagamaan. Kealpaan inilah sebagai penyebab utama ketidaksamaan persepsi terhadap sebuah kegiatan agama, karena sepertinya dibiarkan berkembang sesuai selera. Memang di satu sisi tradisi memberikan kebebasan ini sangat baik bagi tumbuhnya sebuah kreasi, toleransi, dan keharmonisan, tapi sebaiknya jangan dilepas begitu saja oleh otoritas keagamaan, karena apapun yang bersifat berlebih-lebihan apalagi ritual keagamaan bisa mabuk alias lupa terhadap arah perkembangan jaman sehingga akan dilindas habis. Maksud hati menegakkan diri tahu-tahu tanah sudah hanyut entah ke mana, sehingga justru kehilangan pegangan.

H-2 Hari Penyepian

Mulai besok paginya pelakasnaan penyepian dimulai sering juga disebut dengan brata penyepian dengan melaksanakan tiga larangan di atas. Belakangan ada yang mengartikan pelaksanaan nyepi ini dilandasi oleh tapa brata ( sama dengan puasa ), tapi sebenarnya tidaklah demikian, ini jauh lebih luas pengertiannya karena juga menyangkut alam, bukan saja manusia. Adalah suatu usaha untuk melestarikan alam dengan mengerem kegiatan manusia di alam, dan mendengarkan suara-suara alam yang dalam waktu kesibukan yang padat tidak akan pernah bisa didengar. Pelestarian alam ini merupakan tradisi yang sudah sangat tua di Bali jauh sebelum agama luar masuk. Oleh krena itu kayu-kayu besar akan diberikan tanda pelindung berupa tempat sesajen dan kain dan dimitoskan sebuah hukuman bagi mereka yang melanggar. Tidak boleh membuang sampah ke sungai apalagi di awal sebuah sungai, tidak boleh membangun permanen di tepi sungai, dan sebagainya. Agar pelestarian tersebut mendapat perlindungan dari Tuhan maka dibuatkanlah sebuah tugu tempat menaruh banten, bahkan dibangun sebuah pura yang lebih besar jika kekayaan alam tersebut dianggap bernilai tinggi seperti Sangeh, Kedaton, puncak gunung, mata air, dan sebagainya. Penyepian adalah puncak dari aktivitas pelestarian alam tersebut ataupun bisa dikatakan sebagai peringatan tahunan dari orang Bali mengenai usahanya untuk melestarikan alam, walaupun di jaman sekarang ini menjadi sebuah paradok.

Adanya kesadaran baru tentang pemanasan global yang kata astronom ada peningkatan terus menerus konsentrasi CO2 di atmosfer, dan kegiatan nyepi ini sangat relevan, baik untuk kelestarian alam, dan penghematan energi. Bagi mereka yang berada di Bali pada hari nyepi akan merasakan suasana alam dan udara yang jauh berbeda ketika menjelang sore hari nyepi tersebut. Malam harinya sekali dalam setahun bisa menyaksikan tebaran bintang sekitar ujung piringan Bima Sakti. Bahkan dunia sekarang mempunyai kegiatan yang disebut dengan hari bumi dengan mematikan lampu selama 1 jam dan sudah diikuti oleh banyak kota di Dunia. Mari kita semua dengarkan suara bisikan alam pada waktu hari nyepi dari pagi sampai malam dan merenungkan bahwa suatu saat tanah ini akan penuh dengan manusia dan suara bisikan itu akan hilangkah atau bertambah keraskah?